Kongkow PerCa ke-6 akan diadakan pada:
Hari, Tanggal : Selasa, 11 Februari 2014
waktu: Pkl. 13.00
waktu: Pkl. 13.00
Tempat: Student Center UKSW
buku yang akan dibahas adalah:
Judul Buku : Laskar Pelangi
Penulis
: Andrea Hirata
Tahun terbit
: 2005
Tebal Buku
: 534 hlm
Penerbit
: Bentang Pustaka
Kisah
tentang “Laskar Pelangi” pastilah sudah tidak asing lagi bagi kita. Kisah yang
pertama kali dinikmati oleh khayalak melalui goresan pena Andrea Hirata ini
juga sudah diangkat di layar lebar dan sama seperti bukunya mampu membuka mata
penonton mengenai kondisi bangsa Indonesia dan bahkan membawa nama harum bagi
Indonesia karena pernah diputar di salah satu festival film internasional.
Tidak ketinggalan soundtrack film
“Laskar Pelangi” dengan judul yang sama dan ditembangkan oleh Nidji dengan
tepat menguatkan kisah - yang bagi saya - magis ini.
Kisah
berawal ketika Ikal dan teman-temannya, yang kemudian menamakan diri mereka
Laskar Pelangi, memasuki tahun ajaran baru di sebuah sekolah yang hampir
ditutup karena kekurangan murid. Sekolah ini juga minim fasilitas dan tenaga
pengajar. Namun, sekolah yang konon dapat rubuh karena disenggol kambing yang
sewot mau kawin dan berada di bawah teduhnya pohon ganitri ini ternyata mampu
menjadi oase bagi anggota Laskar Pelangi yang haus akan ilmu. Tidak hanya
cerita seru mereka di sekolah yang dapat kita nikmati, namun Laskar Pelangi
juga mengijinkan kita untuk memperhatikan kondisi masyarakat sekitar di tempat
mereka tinggal. Lucunya, apa yang kita saksikan dalam buku juga masih dapat
kita lihat hari ini di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang sudah berumur 69
tahun.
“Laskar pelangi....., takkan terikat
waktu...”.
Salah
satu penggalan lirik dalam lagu “Laskar Pelangi” ini dengan tepat menggambarkan
posisi “Laskar Pelangi” dalam kehidupan bangsa Indonesia. Kisah mengenai
sepuluh orang anak yang mati-matian mengejar pendidikkan demi mengangkat
derajat hidup mereka dan keluarga masih bisa kita baca di koran-koran yang
terbit setiap pagi. Lebarnya jurang antara si miskin dan si kaya bisa kita
lihat dengan mudah saat berjalan santai. Guru-guru yang berjuang mati-matian
membagikan ilmu mereka dan pemerintah yang terus memperkaya diri sendiri bisa
kita saksikan dramanya di televisi. Namun, Laskar Pelangi juga menyuntikkan
harapan bagi semua orang yang membacanya. Buku ini menggugah perasaan kita
untuk bersyukur dan simpatik untuk apa yang terjadi di sekitar kita. Tidak
salah bila tagline dari buku ini
adalah “Indonesia’s Most Powerful Book”.