Jumat, 07 Februari 2014

KongKow PerCa episode 6

Hai kawan...
Kongkow PerCa ke-6 akan diadakan pada:

Hari, Tanggal : Selasa, 11 Februari 2014
waktu: Pkl. 13.00
Tempat: Student Center UKSW

buku yang akan dibahas adalah:
Judul Buku                              : Laskar Pelangi
Penulis                                     : Andrea Hirata
Tahun terbit                             : 2005
Tebal Buku                              : 534 hlm
Penerbit                                   : Bentang Pustaka


Kisah tentang “Laskar Pelangi” pastilah sudah tidak asing lagi bagi kita. Kisah yang pertama kali dinikmati oleh khayalak melalui goresan pena Andrea Hirata ini juga sudah diangkat di layar lebar dan sama seperti bukunya mampu membuka mata penonton mengenai kondisi bangsa Indonesia dan bahkan membawa nama harum bagi Indonesia karena pernah diputar di salah satu festival film internasional. Tidak ketinggalan soundtrack film “Laskar Pelangi” dengan judul yang sama dan ditembangkan oleh Nidji dengan tepat menguatkan kisah - yang bagi saya - magis ini.
Kisah berawal ketika Ikal dan teman-temannya, yang kemudian menamakan diri mereka Laskar Pelangi, memasuki tahun ajaran baru di sebuah sekolah yang hampir ditutup karena kekurangan murid. Sekolah ini juga minim fasilitas dan tenaga pengajar. Namun, sekolah yang konon dapat rubuh karena disenggol kambing yang sewot mau kawin dan berada di bawah teduhnya pohon ganitri ini ternyata mampu menjadi oase bagi anggota Laskar Pelangi yang haus akan ilmu. Tidak hanya cerita seru mereka di sekolah yang dapat kita nikmati, namun Laskar Pelangi juga mengijinkan kita untuk memperhatikan kondisi masyarakat sekitar di tempat mereka tinggal. Lucunya, apa yang kita saksikan dalam buku juga masih dapat kita lihat hari ini di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang sudah berumur 69 tahun.

“Laskar pelangi....., takkan terikat waktu...”.

Salah satu penggalan lirik dalam lagu “Laskar Pelangi” ini dengan tepat menggambarkan posisi “Laskar Pelangi” dalam kehidupan bangsa Indonesia. Kisah mengenai sepuluh orang anak yang mati-matian mengejar pendidikkan demi mengangkat derajat hidup mereka dan keluarga masih bisa kita baca di koran-koran yang terbit setiap pagi. Lebarnya jurang antara si miskin dan si kaya bisa kita lihat dengan mudah saat berjalan santai. Guru-guru yang berjuang mati-matian membagikan ilmu mereka dan pemerintah yang terus memperkaya diri sendiri bisa kita saksikan dramanya di televisi. Namun, Laskar Pelangi juga menyuntikkan harapan bagi semua orang yang membacanya. Buku ini menggugah perasaan kita untuk bersyukur dan simpatik untuk apa yang terjadi di sekitar kita. Tidak salah bila tagline dari buku ini adalah “Indonesia’s Most Powerful Book”.



Minggu, 26 Januari 2014

Kongkow PerCa Episode 5

Halo sobat,
Udah ga sabar ya nungguin Kongkow PerCa?
Sebelum bahas tentang buku yang akan dishare di Kongkow ke-5, PerCa rindu mengajak teman-teman yang belum pernah ikutan Kongkow PerCa.

Ayo gabung di Kongkow kami!!! Tidak perlu takut belum pernah baca bukunya, atau takut karena belum pernah berdiskusi sebelumnya.. karena PerCa berupaya memfasilitasi semuanya... yang belum pernah baca, Pencerita akan menceritakan isi bukunya kok; yang tidak terbiasa diskusi, tenang, ada Tuan Rumah yang akan memandu jalannya diskusi. So, mengapa harus ragu datang ke Kongkow PerCa?

Hmmm... masih takut dateng ke Kongkow karena ga ada temennya? Ajakin teman-teman segenk-mu buat sama-sama ngeramein Kongkow PerCa. Pasti asyik bisa belajar bareng dengan cara yang fun!

oke, KongKow PerCa ke-5 akan diadakan pada:

Hari, Tanggal       : Rabu, 29 Januari 2013
Waktu                   : 16.00 WIB

Tempat                 : Student Center UKSW

Buku yang akan dibahas adalah:
Judul              : Eleven Minutes (sebelas menit)
Pengarang     : Paulo Coelho
Tahun             : 2011
Penerbit          : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Resensi:
Seorang gadis bernama Maria berasal dari pedalaman Brazil. Ayahnya bekerja sebagai salesman keliling dan ibunya bekerja sebagai penjahit.  Seperti semua anak gadis diseluruh dunia, Maria bermimpi bertemu dengan pangeran khayalannya yang kaya, tampan dan cerdas.  Cinta pertama Maria datang ketika ia berumur 11 tahun, ia jatuh cinta pada anak laki-laki didekat rumahnya,  suatu hari mereka jalan berdua menuju jurusan yang sama tetapi sebelumnya belum pernah berbicara sama sekali , hal ini terjadi hingga berbulan-bulan. Hingga suatu pagi anak laki-laki menghampiri Maria dan bertanya, “apakah saya bisa meminjam pensil?” Maria malah kesal dan mempercepat langkahnya, sebab dia takut anak laki-laki itu menyadari etapa besar cinta Maria kepadanya.  Setelah itu Maria mempersiapkan diri untuk kali berikut bertemu dengan anak laki-laki itu, Namun ternyata anak laki-laki itu pindah ketempat yang jauh. Umur 15 adalah kali pertama Maria pacaran, dan juga kali pertama dia berciuman, hal ini menjadi pengalaman yang baru bagi maria, namun suatu ketika ia pergi kepesta dia melihat pacarnya bergandengan dengan temannya, hal ini membuat Maria sedih, namun ia menyimpan semuanya sendiri. 
Setelah tamat SMA dia bekerja di sebuah toko kain, hingga suatu hari Maria ingin berlibur ke kota Copacabana, kota dengan pantai yang sangat indah, dimana dia bertemu seseorang dari swiss yang menawarkan dia sebagai artis. Meskipun awalnya ragu, akhirnya Maria memutuskan untuk pergi kesana dan untuk meraih impiannya untuk sukses.
Sesampainya disana tidak seperti yang dibayangkan Maria, ia harus bekerja sebagai pelacur. Hingga Maria pun menikmati kehidupan seksualnya sebagai seorang pelacur. Maria berusaha belajar bahas Prancis untuk memudahkan ia melayani pelanggan, ia menjelma menjadi primadona disana walaupun hatinya tidak ingin. Ia juga berusaha mengumpulkan uang yang untuk biaya pulang kembali ke Brazil, namun ketika uang itu sudah cukup Maria tetap merasa belum cukup, ketika sudah memiliki uang yang lebih Maria juga berkata belum cukup, hingga dia tidak bisa meninggalkan swiss. Sekarang Maria tidak lagi mengumpulkan untuk sekedar bisa pulang ke Brazil, namun juga untuk bisa membeli tanah di kampungnya dan bisa bertani dan memenuhi kebutuhan lainnya. Selang waktu berjalan Maria membulatkan tekadnya untuk pulang namun kali ini seorang pria muncul dibenaknya bernama Ralf Hart yang juga adalah pelangganya. Namun Maria memiliki perasaan yang lain terhadap Ralf Hart. Hal ini yang menahan dia untuk pulang ke Brazil sekali lagi.
Maria kemudian bertemu dengan Terence yang membawa pengalaman baru dalam kehidupan dan kebutuhan seks Maria yang hampir padam melalui sadism.
Hingga akhirnya Maria membulatkan tekadnya untuk pulang ke Brazil dan meninggalkan semua ilusinya di Swiss bahkan meninggalkan Ralf Hart cinta sejatinya. Ketika tiba di Paris, Maria terkejut dan melihat Ralf ternyata telah meunggunya dengan memegang seikar bunga. Mariapun terkejut namun sangat bahagia, lalu merekpun berciuman….

Sabtu, 11 Januari 2014

Kongkow PerCa Episode 4

Hai Sobat... Bagaimana kabarnya di awal tahun yang baru ini? 
Di awal tahun 2014 ini,  sekaligus untuk menyambut hadirnya semester baru, PerCa akan mengadakan Kongkow lagi. Kongkow keempat ini akan diadakan pada:


Jumat, 17 Januari 2014
Pkl. 15.00
di Student Center UKSW

Buku yang akan kita ulas kali ini adalah:
Judul Buku (Asli)        : Please Stop Laughing at Me – One Woman’s Inspirational Story
Judul buku (Terj.)        : Bencana Sekolah! – Memoar Mengejutkan, Menggugah dan Menginspirasi
tentang Bullying
Penulis                         : Jodee Blanco
Penerjemah                  : Ida Rosdalina
Tahun terbit                 : 2013
Tebal Buku                  : 352 hlm.
Penerbit                       : PT Pustaka Alvabet 

Sebuah cerita yang diangkat dari kisah nyata selalu menarik untuk diikuti karena membuat kita belajar dari pengalaman para tokohnya. Bencana Sekolah, merupakan memoar yang ditulis dari pengalaman hidup sang penulis sendiri semasa ia masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Jodee, yang merupakan anak semata wayang dari keluarga Joy dan Tony Blanco, bertumbuh di tengah keluarga yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang, serta dukungan penuh dalam setiap langkah Jodee. Sayangnya, hal yang sama tidak ia dapatkan di lingkungan sekolah dan teman sebayanya. Sejak berusia sembilan tahun, Jodee tahu bahwa ia berbeda dengan teman-teman seusianya. Kala itu, Jodee telah memiliki kepedulian yang besar terhadap teman-teman sekolahnya yang memiliki keterbatasan karena menderita cacat fisik dan tidak seberuntung dirinya. Hal itulah yang mendorong Jodee kecil untuk menemui Suster Rose, seorang biarawati yang juga menjadi guru dalam program khusus untuk anak-anak difabel di sekolah tersebut, dan mengajukan diri menjadi sukarelawan setiap jam makan siang. Sikap Jodee tersebut justru membuat sahabatnya, Joe Ellen, geram dan mengancam akan menjauhi Jodee apabila ia tetap bermain dengan anak-anak difabel. Semakin Jodee membela anak-anak difabel, semakin ia dijauhi oleh teman-temannya, bahkan ia pun turut menjadi sasaran ejekan dan kekerasan oleh teman-teman sekelasnya. Kekejaman yang dilakukan oleh teman-temannya semakin menjadi saat sekolah memasuki tahun ajaran baru. Tak tahan dengan perlakuan teman-temannya, orang tua Jodee akhirnya memindahkan Jodee ke sekolah swasta saat Jodee naik ke kelas enam.
 Sekolah baru, suasana baru, dan tentunya teman-teman yang baru sudah berada dalam genggaman Jodee sekarang. Tapi ada satu hal yang tidak berubah, kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok anak-anak yang disebut “populer” di sekolah terhadap anak-anak lainnya yang lemah atau yang mereka anggap aneh dan konyol. Jodee sadar, bahwa sejauh apapun ia pergi dan menghindar, situasi semacam ini tak terhindarkan. Parahnya lagi, guru-guru di sekolah tidak dapat berbuat banyak, beberapa guru bahkan berpendapat bahwa anak-anak juga harus berjuang dalam pertempuran mereka sendiri dan berusaha keras untuk berteman dengan anak-anak yang lain. Hanya ada dua pilihan bagi Jodee, masuk ke dalam kelompok populer dan berusaha bertingkah seperti mereka, atau menjadi bagian dari kelompok yang terbuang dan menjadi sasaran ejekan, cacian, atau bahkan menjadi korban kekerasan sepanjang tahun. Hari demi hari, Jodee yang mendambakan penerimaan sosial di lingkungan sekolah, berusaha mati-matian untuk dapat menjadi bagian dari kelompok populer meski harus melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati nuraninya. Lelah karena membohongi dirinya sendiri, Jodee akhirnya mengambil sikap dan memutuskan untuk tidak terus-menerus memenuhi tuntutan dari teman-teman populernya. Namun, itu berarti Jodee baru saja mengucapkan selamat datang pada penderitaan. Tidak membutuhkan waktu lama bagi sekelompok anak populer tersebut untuk berbalik menyerang Jodee dan membuatnya begitu menderita. Kekerasan yang dialami oleh Jodee berlanjut hingga ia memasuki jenjang SMP dan SMA. Dengan dukungan dari seluruh keluarga besarnya, Jodee berusaha untuk bertahan dari badai bullying yang diterimanya. Jodee pada akhirnya sadar, bahwa kita tidak bisa bersembunyi dari siapa diri kita sebenarnya.
Ditulis dengan begitu jujur, buku ini memberikan gambaran yang jelas tentang kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan selama tahap perkembangan anak dan remaja, yang tentunya tidak bisa kita abaikan. Sang penulis, dengan berani menghidupkan kembali masa lalunya dan menceritakan bagaimana ia dapat bertahan dari kekerasan di sekolah yang cukup lama ia alami. Apa yang sudah berhasil dilakukan oleh keluarganya, dan apa yang tidak berhasil. Bagaimana ia menghindari kelompok anak-anak populer yang sangat berhasrat untuk menyakitinya. Hingga pada akhirnya, ia mampu memaafkan dan menerima orang-orang yang dulu pernah membuatnya menderita. Buku ini dianjurkan untuk dibaca di ratusan sekolah menengah dan perguruan tinggi di Amerika Serikat, dan telah masuk dalam daftar New York Times Bestseller.

Selasa, 03 Desember 2013

Kongkow PerCa_Psikologi yang ketiga

Hai Sobat... apa kabar?
Tidak terasa semester ini akan segera berakhir ya, ujian dan tugas akhir sedang datang bertubi-tubi ya... namun tenang saja, liburan sudah di depan mata. Sebelum liburan, PerCa mengadakan Kongkow yang ketiga nih, sekaligus terakhir di semester ini...
Kongkow ketiga ini akan diadakan pada:


Jumat, 6 Desember 2013
Pkl. 15.00
di Student Center UKSW

Buku yang akan dibahas adalah:     

Judul Buku (Asli)           : The Curious Incident of the Dog in the Night-Time
Judul Buku (Terj.)         : Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran
Penulis                               : Mark Haddon
Penerjemah                    : Hendiarto Setiadi
Tahun terbit                   : 2004
Tebal Buku                      : 311 hlm
Penerbit                            : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Dari judulnya, kita bisa menduga bahwa novel ini merupakan novel misteri pembunuhan yang lain daripada yang lain. Melalui tokoh rekaan bernama Christopher Boone, Mark Haddon akan menuntun pembaca memasuki kehidupan seorang remaja berusia 15 tahun dan turut larut dalam petualangan sederhana namun sekaligus luar biasa.
Cerita ini dituturkan oleh Christopher Boone, seorang remaja laki-laki penyandang sindrom asperger, yaitu sejenis autisme. Sang pencerita, Christopher, adalah anak tunggal yang tinggal berdua bersama ayahnya, Ed Boone, di sebuah kota kecil di Inggris bernama Swindon. Ibunya telah meninggal karena serangan jantung dua tahun sebelum cerita ini mulai dikisahkan.
Cerita berawal ketika Christopher menemukan anjing pudel hitam bernama Wellington milik tetangganya telah mati di halaman rumah sang pemilik anjing tersebut, Mrs. Shears, dengan garpu kebun tertancap di tubuhnya. Christopher yang sangat menyukai anjing, teka-teki, dan juga novel misteri merasa penasaran dan ingin tahu siapa yang telah membunuh Wellington. Ia juga berniat mendokumentasikan petualangannya dalam penyelidikan tersebut dalam sebuah buku cerita misteri.
Dengan dukungan dari Siobhan, guru di sekolahnya, Christopher melakukan penyelidikan itu dan menjadi detektif dadakan. Meskipun sebenarnya ayahnya telah melarangnya untuk berbuat demikian. Bermula dari penyelidikan itu, Christopher kemudian justru menemukan hal-hal yang berkaitan dengan hidupnya, yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya. Pertanyaan mengenai ‘siapakah yang telah membunuh Wellington?’ membawanya ke pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih mendesak. Apa yang terjadi sehingga Mr. Shears meninggalkan Mrs. Shears? Apakah Mr. Shears yang membunuh Wellington untuk membuat mantan istrinya bersedih? Benarkah ibunya meninggal karena serangan jantung, di usianya yang sungguh masih muda? Benarkah ibunya telah meninggal? Dan ketika Christopher mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, hidupnya tidak pernah sama lagi.

Selasa, 19 November 2013

Kongkow Perca Psikologi kedua

Halo sobat,
Kongkow Kedua PerCa Psikologi akan diadakan pada:
 Kamis, 28 November 2013
Pkl. 16.00 s/d selesai
di SC UKSW

Buku yang dibahas adalah:
Judul buku      : Sokola Rimba
Jenis buku       : Non Fiksi
Penulis             : Butet Manurung
Tahun terbit     : Mei 2013
Penerbit           : PT. Kompas Media Nusantara
Resensi            :
Sokola Rimba adalah sebuah buku yang menceritakan kisah hidup Butet Manurung selama berada di pedalaman Taman Nasional Bukit Dua Belas (Jambi). Butet masuk ke pedalaman Sumatera sebagai aktivis WARSI, sebuah LSM yang fokus pada kelestarian lingkungan. Ia dikirim sebagai pengajar untuk anak-anak orang rimba (sebutan untuk penghuni TNBDB). Butet yang lulusan antropologi, sempat diragukan oleh rekan-rekannya di WARSI; namun berkat kegigihan dan semangatnya Butet berhasil bertahan. Bahkan ia jatuh cinta dengan pendidikan bagi anak-anak rimba.
Butet berproses bersama anak-anak rimba; banyak kisah yang ia tuangkan dalam buku ini. Penolakan dari orang rimba, sempat dianggap pembawa bencana, menemukan murid-murid, mendengar muridnya dilarang ikut bersekolah, dikejar beruang, hidup di tengah rimba, memahami kehidupan orang rimba. Proses yang ada membangkitkan kesadaran Butet mengenai pendidikan yang dibutuhkan oleh anak rimba.
Kesadaran tersebut membuat Butet memutuskan keluar dari WARSI dan mendirikan sokola rimba, sebuah tempat dimana orang-orang rimba bisa belajar, bukan hanya baca tulis namun juga belajar dari alam. Butet mengembangkan konsep pendidikan yang berbeda dari sekolah-sekolah formal, dan metodenya terbukti berhasil. Anak-anak Sokola Rimba bisa lebih unggul daripada anak-anak di kampung-kampung sekitar hutan.

Buku ini sesungguhnya tidak hanya menceritakan tentang pengalamannya selama tinggal di hutan, ia juga mendobrak teori-teori yang pernah dibicarakan orang-orang pandai, politisi, pemuka agama dan pemegang kekuasaan. Walau demikian buku ini disajikan dengan sangat ringan dan dikemas dalam satu topik: pendidikan. 

Minggu, 17 November 2013

Kongkow PerCa episode 1

Kongkow PerCa perdana akan dilakukan pada:

Selasa, 19 November 2013
Pkl. 14.00- 16.00
di Student Center UKSW

Pencerita pada kongkow pertama adalah Elia Okki Trisnawati, Mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW angkatan 2010. Tuan rumah pada kongkow ini adalah Bernike Grasika Tamedya, Mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW angkatan 2009.

Buku yang akan dibahas adalah:
Judul buku      : Pintu Harmonika
Jenis buku       : Fiksi
Penulis             : Clara Ng & Icha Rahmawati
Tahun terbit     : Januari 2013
Penerbit           : PT. Bentang Pustaka (PlotPoin Publishing)

Sinopsis:

Sebuah kisah yang mengangkat problema tiga orang tetangga kecil, dua remaja dan satu anak, yang menghadirkan pergumulan masing-masing. Pintu harmonika menyajikan ketiga sudut pandang mereka dalam satu buku. Masalah-masalah remaja dan pergumulan anak-anak, sederhana, tentang keseharian mereka. Tentang keluarga, persahabatan, harapan-harapan dan citra diri masing-masing tokoh yang dilihat dari tulisan-tulisan mereka. Awalnya, mereka tidak saling mengenal, tetapi ada satu hal yang menyatukan mereka bertiga sehingga mereka sudah merasa menjadi keluarga. Kejutan-kejutan mulai terungkap di tengah-tengah kisah yang ditulis oleh Clara Ng dan Icha Rahmawati ini, yang akhirnya membuat para tokoh bertarung dan berjuang untuk hal yang menyatukan mereka tersebut. Tulisan yang dikemas sederhana dalam buku ini menyajikan kehidupan remaja yang butuh pengakuan sosial, butuh penghargaan dan tentang jati diri. Sampai kisah mengenai keluarga dengan setting yang berbeda-beda. Buku ini bisa menjadi bahan diskusi khususnya mengenai perkembangan remaja yang sedang mencari identitas dan sudut pandang anak mengenai beratnya tuntutan dari orangtua. Nilai-nilai kekeluargaan, persahabatan dan kehidupan bermasyarakat bisa didapat dari buku pintu harmonika ini. 

So, jangan sampai ketinggalan dan catat tanggalnya yaaa...see you di kongkow PerCa Psikologi.

Siapakah PerCa?

Wah ada komunitas baru nih, perca namanya...
apaan sih perca? ngapain sih perca? kapan sih perca?

Reaksi seperti di atas mungkin muncul di benak kawan-kawan ketika mendengar ada perca...
pasti penasaran semua kan...


PerCa adalah kependekan dari Perkumpulan Pembaca, merupakan sebuah wadah insan-insan psikologi yang suka membaca, membagikan apa yang telah dibaca, kemudian mendiskusikan dan mengaitkannya dengan kajian psikologi.

Wah... terdengar berat sekali ya?
Tenang, PerCa bukanlah komunitas yang terlalu serius dan kaku. Kami rindu kita sama-sama belajar dengan asyik, bukan menegangkan, bukan karena tuntutan, namun karena suka belajar. Apalagi belajar psikologi, bukankah psikologi begitu menyenangkan (sebenarnya) karena bisa belajar dari banyak hal, dari berbagai media, berbagai situasi dan belajar dari banyak orang. So, mengapa diskusiin psikologi jadi terlalu berat, kita bawa ke arah diskusi ringan saja, teman.

Lalu, apa yang akan dibahas di PerCa?
Setiap kali Kongkow PerCa (istilah untuk pertemuan PerCa), kami akan menghadirkan seseorang yang membedah sebuah buku, kemudian membahasnya dari sudut pandang psikologi; lalu kita akan sama-sama mendiskusikan buku dan sudut pandang yang sudah disajikan. Oh ya, buku yang dibahas adalah buku-buku populer, bukan buku-buku yang terlalu berat kok.

Bagaimana jika saya tidak suka membaca, tapi saya mau ikutan PerCa?
ooh bagus, tapi kami tidak menjamin jika kamu jadi ketagihan atau penasaran ingin membaca buku yang dibahas yaa... hehehe... PerCa, tidak akan mensensus orang-orang yang suka membaca, atau mengharuskan peserta untuk suka membaca, tidak akan. PerCa berharap, kami dapat menginspirasi teman-teman untuk suka membaca, tentu saja untuk menjadi suka tidak bisa tiba-tiba, dimulai dari mau membaca, mau membaca dimulai dari penasaran pada sebuah buku. 

Kapan Kongkow PerCa diadakan?
Kongkow PerCa tidak dijadwalkan secara rutin, artinya bisa satu minggu sekali, bisa saja dalam dua minggu hanya ada satu kali, bisa juga dalam satu minggu ada dua kali kongkow... so, silakan pantau terus blog ini ataupun twitter @PerCa_Psikologi

Mengapa tidak diagendakan secara rutin?
iya, kami sudah memikirkannya. Semua ada kelebihan dan kekurangannya. PerCa berpikir, jika diagendakan secara rutin, misalnya setiap selasa, maka orang-orang yang setiap selasa tidak bisa ikut PerCa jadi selamanya tidak bisa ikutan. Namun, jika PerCa tidak diagendakan rutin, maka diharapkan teman-teman punya kesempatan yang sama untuk berpartisipasi di Kongkow PerCa.

Wah, sepertinya menarik sekali ya?
Iya dong, so ayo dateng ke Kongkow PerCa, karena Kongkow PerCa tidak akan menarik tanpa kehadiran dan partisipasi teman-teman. Ditunggu yaa kawan....